jump to navigation

Teknologi 3G untuk Supply Chain December 27, 2006

Posted by Baihaqi in Management, Technology.
trackback

Pengenalan teknologi 3G telah mengundang ketertarikan banyak pihak. Salah satu keunggulan yang selalu di dengung-dengungkan oleh operator yang telah 3G enabled adalah fasilitas video calling dan surfing Internet dengan menggunakan 3G Hand Phone, tanpa  menggunakan PC.  Meski demikian, di sisi konsumen, manfaat video calling atau video conferencing masih sedikit dipertanyakan, seperti disini. Nah, dengan keunggulan-keunggulan ini, adakah manfaat 3G untuk supply chain. Bagaimanakah 3G bisa meningkatkan efisiensi supply chain? Apakah 3G bisa digunakan untuk mendukung dan mengefisiensikan aliran barang mulai dari hulu sampai ke tangan konsumen.

Salah satu point yang paling penting dalam supply chain adalah aliran informasi baik dari downstream (konsument) ke upstream maupun sebaliknya baik yang menyertai aliran barang ataupun tidak.  Seperti adagium yang sudah lama, siapa yang menguasai informasi dialah yang akan memenangkan perang. Dalam supply chain, informasi berperan sangat penting. Informasi dapat menjadi substitute dari Inventory. Bertumpuknya inventory di semua lini supply chain tentu akan menjadi masalah, biaya akan menjadi tinggi, yang tentu juga akan berakibat mahalnya barang di tangan konsumen karena konsumen akan terbebani biaya itu. Dan sudah barang tentu akan menurunkan profitabilitas maupun daya saing produk.

Keterbukaan informasi memungkinkan perusahaan untuk meminimumkan inventory atau bahkan zero inventory. Kenapa inventory berakibat begitu buruk? Selain biaya penyimpanan yang cukup tinggi, inventory merupakan investasi yang sangat berbahaya. Terutama di jaman sekarang ini, dimana siklus hidup produk semakin singkat. Bisa dibayangkan untuk produk elektronik atau komputer seperti processor, memory dll, siklus hidupnya bisa dalam hitungan bulan. Dalam beberapa bulan, produk baru sudah muncul. Menyimpan produk-produk seperti ini sangat rentan terhadap kadaluarsa.

Perusahaan sekelas Cisco pernah mengalami disaster karena inventory ini. 16 April 2001, Cisco mengagetkan pasar modal ketika dia mengumumkan akan membuang komponen electronic-nya sejumlah total $2.6 milyar!  Penyebabnya? Salah satunya adalah miskomunikasi informasi tentang permintaan. Disinilah salah satu peran informasi.

Jika produsen suatu produk bisa mengetahui dengan jelas berapa sih kebutuhan konsumen akhir per periode, maka produsen akan mudah dalam melakukan penjadwalan produksinya. Nah masalahnya, seringkali produsen tidak mengetahui dengan pasti informasi permintaan dari konsumen akhir. Produsen/pabrikan hanya tahu permintaan dari para distributornya, terus distributornya tahu permintaan-permintaan retailer-retailernya. Nah retailer-retailer inilah yang tahu lebih banyak tentang permintaan konsumen baik volume maupun perilaku pembeliannya.

Tanpa adanya komunikasi antar pemain dalam supply chain tadi, tentu akan terjadi banyak distorsi informasi. Nah, kalau informasi yang dimiliki oleh retailer tentang konsumen terbuka ke seluruh pemain diatasnya – distributor, produsen, pabrikan, terus sampai kehulu – maka akan terjadi efisiensi yang sangat besar. Tiap-tiap pemain bisa membuat peramalan permintaan yang lebih akurat.

Teknologi 3G ataupun teknologi informasi secara umum, tentu memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan kinerja supply chain, tidak hanya kinerja dari satu perusahaan tetapi kinerja seluruh perusahaan yang terlibat dalam rantai supply suatu produk.

Era kompetisi saat ini adalah kompetisi waktu. Time based competition. Dengan teknologi 3G, maka para sales force yang sedang bernegosiasi dengan klien dapat dengan cepat terkoneksi ke database perusahaan untuk melihat berapa jumlah barang yang mau dipesan di gudang, berapa yang masih diproduksi, bahkan ia bisa tahu kalau sekian lot barang masih dalam perjalanan. Truk-truk armada pengangkut yang dilengkapi dengan aplikasi 3G bisa menginformasikan dengan cepat berapa jumlah barang yang diangkut dan perkiraan waktu kedatangan. Dengan demikian sang sales force bisa memberikan tanggal pengiriman barang dengan tepat ke klien dan sekaligus mengupdate status inventory di pusat.

Permasalahan di lantai produksi adalah stoppage karena rusaknya mesin-mesin produksi. Untuk itu perusahaan harus memiliki stok komponen-komponen yang diperlukan untuk perawatan mesin-mesin tersebut. Penyimpanan komponen-komponen terlalu banyak adalah inefisiensi yang besar. Apalagi barang-barang ini bukan barang produk. Saya membayangkan, dengan teknologi 3G mesin-mesin tersebut bisa dipasang semacam chip yang langsung memberitahukan kondisi mesin ke pemasok mesin-mesin produksi tersebut.

Contoh diatas hanya sebagian kecil dari banyak manfaat dari teknologi dalam supply chain. Tapi yang penting untuk di ingat adalah Teknologi hanyalah enabler, masih banyak faktor lain yang diperlukan agar teknologi betul-betul bermanfaat, yang paling besar adalah faktor manusia dan kultur.

Nah, ada yang bisa memberikan contoh atau membuat killer application untuk supply chain?

Comments»

1. ady - June 8, 2007

saya ingin informasi 3g yg lbh lengkap?tlng di jawab

2. nicoustic - December 28, 2007

Rupanya bapak adalah dosen ITS, saya mahasiswa Ubaya pak!
ternyata bisa juga ya memanfaatkan teknologi untuk supply chain, tapi saat ini pak, kalau diamati ternyata kehadiran retail memotong jalur supply yang panjang. gimana menurut bapak tuch?


Leave a comment